Kamis, 05 Februari 2009

5 Februari 2009 ~ UJIAN PROMOSI DOKTOR DALAM BIDANG HUKUM

Telah berlangsung Ujian Promosi DOKTOR bagi sdr. Saharuddin Daming, SH.MH. di Pusat Kajian Penelitian ( PKP ) UNHAS pada tgl. 5 Februari 2009 jam 10.00 ~ 13.00. Beliau adalah seorang tunanetra pertama yang meraih gelar Doktor dalam bidang hukum, tunanetra pertama yang bukan dosen dan tunanetra pertama yang lulus dengan predikat sangat memuaskan setelah adanya otonomi pada Fakultas Hukum. Diuji oleh 10 orang pakar Hukum bergelar Profesor. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Anggota Komisi Nasional HAM.

SELAMAT KPD SDR. DR. SAHARUDDIN DAMING, SH.MH. SEMOGA ILMU YANG TELAH DIPEROLEHNYA BISA MEMBAWA MANFAAT BAGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA KHUSUSNYA PENYANDANG CACAT. BRAVO !!

31 Desember 2008 ~ PERTEMUAN TIM ADVOKASI KUSTA PROV. SULAWESI SELATAN.

Dalam rangka menindaklanjuti kegiatan Tim Advokasi Kusta maka dilaksanakan pertemuam Tim dlm rangka membahas pergantian pengurus Tim untuk meningkatkan kinerja Tim. Berlangsung di RS Dr. Tajuddin di Daya Makassar pada tgl. 31 Desember 2008. Pertemuan dipimpin oleh Kepala RS Dr. Tajuddin ( Dr. Rasyidin ). Hadir dalam pertemuan ini a.l. Bpk Djassaria, SH ( Dinas Kessos & Linmas Prov. Sulawesi Selatan ; Bambang Permadi S.K. ( Ketua PPCI Sul. Sel. ) ; Dr. Dedet ( Dinas Kesehatan Prov. Sul. Sel. ) ; Bpk Soetarto ( Dinas Nakertrans Prov. Sul. Sel. ) ; Doddy Tumanduk, SH ( YTLI ) ; Andi Amin ( PERMATA SULSEL ) ; Ibu Andi Asia ( LPP Bone ) ; Wkl. Kepala RS Dr. Tajuddin dan beberapa petugas Kesehatan.

19 Desember 2008 ~ CAPACITY BUILDING BAGI PENGURUS ORSOS PENYANDANG CACAT DI BALAI MUTIARA


Kegiatan berlangsung berkat kerja sama antara PPCI Sul. Sel. Dengan Dinas Kesejahteraan Sosial & Perlindungan Masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan. Acara berlangsung pada tgl. 19 Desember 2008 di Balai Mutiara Jl. Nikel Makassar. Pelatihan dibuka oleh Kadis. Kessos & Linmas Drs. Mappagio dengan menghadirkan narasumber Ibu Widji dan Ibu Irwani Pane dari YBKI Makassar. Diikuti oleh 75 orang dari kalangan pengurus2 Orsos Penyandang Cacat di Makassar dan 15 orang lainnya dari non-penca.

1 Desember 2008 ~ TALKSHOW DI TVRI SULSEL DALAM ACARA SIPAKATAU


Kegiatan ini dilaksanakan pada tgl. 1 desember 2008 dalam rangka memperingati Hari Internasional Penyandang Cacat 2008. Hadir dalam talkshow ini Bapak Mulyadi SH. MH. dari Dep. Hukum dan HAM Prov. Sulawesi selatan, Ketua PPCI Sul. Sel. ( Bambang Permadi S.K. ) dan Sekretaris Panitia HIPENCA 2008 sdr. Aan Supriadi, A. Md. Topik bahasan dalam talkshow adalah Peringatan HIPENCA itu sendiri dan tema HIPENCA yaitu issue Ratifikasi Konvensi Penyandang Cacat.

9 Agustus 2008 ~ HOME VISIT KE Kel. LETTE MAKASSAR

Beberapa orang Pengurus PPCI melaksanakan kunjungan rumah ( home visit ) ke Kel. Lette Makassar pada tgl. 9 Agustus 2008. Disana menemui 3 keluarga yang memiliki anak2 penyandang cacat a.l. Keluarga Dg. Tutu, Kelg. Ibu Ati dan Keluarga Bulan dan Fitri.

3 Mei 2008 ~ KUNJUNGAN KE TPA ANTANG

3 orang Pengurus PPCI Sulawesi Selatan melaksanakan kunjungan ke TPA Antang bertujuan untuk silaturahmi dengan Pengelola Radio Komunitas TPA Antang sekaligus menambah wawasan tentang pendirian Radio Komunitas. Diterima oleh Dg. Hasna . Kunjungan dilaksanakan pada tgl. 3 Mei 2008.

Rabu, 04 Februari 2009

TUNA DAKSA

Definisi Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan SekolahLuar Biasa, Tuna Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi,kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuhatau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatansehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“(kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkankarena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otakadalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yangsalah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu padafisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yangterjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudahkelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita) 2.Klasifikasi Penderita Tuna Daksa Pada dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) kelainanpada sistem serebral (Cerebral System), dan (2) kelainan pada sistemotot dan rangka (Musculus Skeletal System). a. Kelainan pada sistemserebral (cerebral system disorders). Penggolongan anak tuna daksakedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letakpenyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dansumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusatmengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsumtulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas hidupmanusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusatkecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompokkerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL). Cerebral Palsydapat diklasifikasikan menurut : (a) derajat kecacatan (b) topograpianggota badan yang cacat dan (c) Sisiologi kelainan geraknya.Penggolongan Menurut Derajat Kecacatan Menurut derajat kecacatan,cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongansedang, dan golongan berat. 1. Golongan ringan adalah : mereka yangdapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolongdirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidupbersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidakmengganggu kehidupan dan pendidikannya. 2. Golongan sedang : ialahmereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara,berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukanalat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantupenyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Denganpertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapatmengurus dirinya sendiri. 3. Golongan berat : anak cerebral palsygolongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara,dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiriditengah-tengah masyarakat. Penggolongan Menurut Tipografi Dilihat daritipografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Celebral Palsydapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan, yaitu: 1. Monoplegia,hanya satu anggota gerak yang lumpuh misalnya kaki kiri, sedangkan kakikanan dan keduanya tangannya normal. 2. Hemiplegia, lumpuh anggotagerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan dan kakikanan , atau tangan kiri dan kaki kiri. 3. Paraplegia, lumpuh padakedua tungkai kakinya. 4. Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri ataukedua kaki kanan dan kiri(paraple-gia). 5. Triplegia, tiga anggotagerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinyalumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh. 6. Quadriplegia,anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruh anggota geraknya. Merekacacat pada kedua tangan dan kakinya. Quadriplegia bisa juga disebuttriplegia. Penggolongan Menurut Fisiologi Dilihat dari kelainan gerakdilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya(Motorik),anak Cerebral Palsy dibedakan menjadi: 1. Spastik. Tipe ini ditandaidengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupunseluruh otot. Kekakuan itu timbul sewaktu akan digerakkan sesuai dengankehendak. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan ataukekejangan itu makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejalaitu menjadi berkurang. Pada umumnya anak CP jenis spastik ini memilikitingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yangnormal bahkan ada yang diatsa normal. 2. Athetoid. Pada tipe ini tidakterdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya dapat digerakkan denganmudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem gerakan. Hampir semuagerakan terjadi diluar kontrol dan koordinasi gerak. 3. Ataxia. Cirikhas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,. Kekakuanmemang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu berdiri atauberjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasidan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe inimengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saatmakan mulut terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanansampai ujung mulut. 4. Tremor. Gejala yang tampak jelas pada tipe iniadalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil danterus-menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentukgetaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai,dan bibir. 5. Rigid. Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidakseperti pada tipe spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan,gerakan mekanik lebih tampak. 6. Tipe Campuran. Pada tipe ini seoranganak menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna CP sehinggaakibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memilikisatu jenis/tipe kecacatan. b. Kelainan Pada Sistem Otot dan Rangka(Musculus Scelatel System) Penggolongan anak tuna daksa kedalamkelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainananggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi,dan tulang belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antaralain meliputi: a. Poliomylitis. Penderita polio adalah mengalamikelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah,peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang belakangpada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun. b. MuscleDystrophy. Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan padapenderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakinparah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tanganatau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya. Penyebabterjadinya muscle distrophy belum diketahui secara pasti. Tanda-tandaanak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia 3(tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu gerakan-gerakan anaklambat, semakin hari keadaannya semakin mundur jika berjalan seringterjatuh tanpa sebab terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu berdiridengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda. 3. PenyebabTuna Daksa Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakanpada anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan tersebut ada yangterletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada sistemmusculus skeletal. Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-masingkerusakan timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat terjadinyakerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dansesudah lahir. a . Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal) Pada fase,kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan, kerusakandisebabkan oleh: a. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibumengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya,misalnya infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis. b. Kelainankandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat tertekan,sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak. c. Bayi dalamkandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syaratpusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu. d. Ibu yang sedangmengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkanterganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh danperutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggukepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat. b. Sebab-sebab padasaat kelahiran (fase natal, peri natal) Hal-hal yang dapat menimbulkankerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain: a. Proseskelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehinggabayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkanterganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringansyaraf pusat mengalami kerusakan. b. Pemakaian alat bantu berupa tangketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusakjaringan syaraf otak pada bayi. c. Pemakaian anestasi yang melebihiketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesiyang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi,sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya. c.Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal) Fase setelahkelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembanganotak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-hal yang dapatmenyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah: a. Kecelakaan/traumakepala, amputasi. b. Infeksi penyakit yang menyerang otak. c.Anoxia/hipoxia. 4. Karakteristik Anak Tuna Daksa Derajat keturunan akanmempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan,kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengantingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajatketurunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahantingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.Ditinjau dari aspek psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa malu,rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari llingkungan. Disampingkarakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anaktuna daksa antara lain: a. Kelainan perkembangan/intelektual. b.Gangguan pendengaran. c. Gangguan penglihatan. d. Gangguan taktik dankinestetik. e. Gangguan persepsi f. Gangguan emosi. 5. ImplikasiPendidikan Anak Tuna Daksa Dalam dunia pendidikan pada prinsipnya gurumempunyai peranan ganda. Disatu pihak, guru berfungsi sebagai pengajar,pendidik, dan pelatih bagi anak didik. Dipihak lain, guru berfungsisebagai pengganti orang tua murid di sekolah. Dengan demikian secaratidak langsung mereka dituntut untuk menjadi manusia serba bisa danserba biasa, lebih-lebih bila dihubungkan dengan kenyataan-kenyataanpada saat ini, yaitu bahwa orang tua dan masyarakat pada umumnya masihmempunyai anggapan yang keliru. Mereka berpendapat bahwa berhasil atautidaknya pendidikan anak-anak mereka diserahkan sepenuhnya pada pihaksekolah, termasuk didalamnya para guru, tanpa ikut campur mereka.Keadaan semacam ini lebih komplit lagi dalam dunia pendidikan luarbiasa karena subjek didik yang dihadapi memilikiketerbatasan-keterbatasan tertentu, baik kemanpuan fisik, mental, emosimaupun dalam usaha penyesuaian diri dengan pihak luar atau lingkunagansekitar. Oleh karena itu, tugas guru semakin berat yang dituntutkeahlian serta keterampilan tertentu, baik dalam bidang metedologi yangbersifat khusus, maupun dalam bidang pelayanan terapi. Pelayanan terapiyang diperlukan anak tuna daksa antara lain: - Latihan wicara (speechTherapy) - Fisioterapi - Occupational therapy - Hydro Therapy Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak-anak normal lainnya. Kesamaantersebut dapat dilihat dari fisik dan psiko-sosial. Dari segi fisik,mereka dapat makan, minum, dan kebutuhan yang tidak dapat ditunda dalambeberapa menit yaitu bernafas. Sedangkan dari aspek psiko-sosial,mereka memerlukan rasa aman dalam bermobilisasi, perlu afiliasi, butuhkasih sayang dari orang lain, diterima dan perlu pendidikan. Adapununsur kesamaan kebutuhan antara anak tuna daksa dan anak normal, karenapada dasarnya mereka memiliki fitrah yang sama sebagai manusia.Pandangan yang melihat anak tuna daksa dan anak normal dari sudutkesamaan akan lebih banyak memberikan layanan optimal untukmengembangkan potensi yang dimilikinya, ketimbang pandangan yangsemata-mata mengekspos segi kekurangannya. Tidak dapat dipungkiri bahwaorang sering melihat orang lain tentang kelemahannya, sehingga yangmuncul adalah kritik atau cemoohan. Kiranya demikian, andaikata kitamelihat anak tuna daksa semata-mata dari kecacatannya. Oleh karena itu,pandangan yang mendahulukan sifat positif pada anak tuna daksa perludimasyarakatkan supaya kesempatan perkembangan dirinya yang baiksemakin lebar. Pendidikan yang juga merupakan kebutuhan anak tuna daksaperlu direncanakan dan dilaksanakan dengan mengacu pada kemampuanmasing-masing anak tunasaksa. Melalui pendidikan yang dapatdipertanggungjawabkan. Anak-anak tuna daksa diharapkan memiliki masadepan yang tidak selalu bergantung pada orang tua dan masyarakat. 6.Pelayanan Pendidikan Tuna Daksa Sebagaimana diketahui, bahwa pendidikanbagi anak tidak selalu harus berlangsung disuatu lembaga pendidikankhusus, sebab sebagian dari mereka (anak tuna daksa) pendidikannyadapat berlangsung di sekolah dan kelas reguler/sekolah umum. Hal inidisebabkan oleh faktor kemampuan dan ketidakmampuan anak tuna daksa danlingkungannya. Evelyn Deno, (1970) dan Ronald L Taylor, (1984)menjelaskan system layanan pendidikan bagi anak luar biasa (termasukanak tuna daksa) yang bervariasi, mulai dari sistem pendidikan di kelasdan sekolah reguler/umum sampai pendidikan yang diberikan disuatu rumahsakit, bahkan sampai pada bentuk layanan yang tidak memiliki maknaedukasi sama sekali, yakni layanan yang diberikan kepada anak-anak tunadaksa dalam perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhansehari-hari. Dari kenyataan di lapangan bahwa anak tuna daksa memilikiproblema penyerta. Problema penyerta ini berbeda-beda antara seoranganak tuna daksa yang satu dengan anak tuna daksa yang lainnya,tergantung dari pada penyebab ketunaannya, berat ringannya ketunaannya. Atas dasar kondisi anak tuna daksa tersebut, maka model pelayananpendidikannya dibagi pada “Sekolah Khusus” dan “SekolahTerpadu/Inklusi”. a. Sekolah Khusus Pelayanan pendidikan bagi anak tunadaksa di sekolah khusus ini diperuntukkan bagi anak yang mempunyaiproblema lebih berat, baik problema penyerta intelektualnya sepertiretardasi mental maupun problema penyerta kesulitan lokomosi (gerakan)dan emosinya. Pelayanan pendidikan di sekolah khusus ini dibagi menjadidua unit, yaitu unit sekolah khusus bagi anak tuna daksa ringan, danunit sekolah khusus bagi anak tuna daksa sedang. Sekolah Khusus UntukAnak Tuna Daksa Ringan (SLB-D) Pelayanan pendidikan diunit tuna daksaringan atau SLB-D diperlukan bagi anak tuna daksa yang tidak mempunyaiproblema penyerta retardasi mental, yaitu anak tuna daksa yangmempunyai intelektual rata-rata atau bahkan di atas rata-rataintelektual anak normal. Namun anak kelompok ini belum ditempatkan disekolah terpadu/sekolah umum karena anak masih memerlukanterapi-terapi, seperti fisio terapi, speech therapy, occuppationaltherapy dan atau terapi yang lain. Dapat juga terjadi anak tuna daksatidak ditempatkan di sekolah reguler karena derajat kecacatannyaterlalu berat. Sekolah Khusus untuk Anak Tuna daksa Sedang (SLB-D1)Pelayanan pendidikan di unit ini diperuntukkan bagi anak tuna daksayang mempunyai problema seperti emosi, persepsi atau campuran dariketiganya disertai problema penyerta retardasi mental. Kelompok anaktuna daksa sedang ini mempunyai intelektual di bawah rata-rata anaknormal. b. Sekolah Terpadu/Inklusi Bagi anak tuna daksa dengan problemapenyerta relatif ringan, dan tidak disertai dengan problema penyertaretardasi mental akan sangat baik jika sedini mungkin pelayananpendidikannya disatukan dengan anak-anak normal lainnya di sekolahreguler/sekolah umum. Karena anak tuna daksa tersebut sudah dapatmengatasi problema fisik maupun intelektual serta emosionalnya.Walaupun kondisi penyerta anak tuna daksa cukup ringan, sekolah reguleryang ditunjuk untuk melayani pendidikannya perlu persiapan yang matangterlebih dahulu, baik persiapan sarana maupun prasarananya. Seperti persiapan aksesibilitas misalnya meminimalkan trap-trap atau tangga-tangga. Jika memungkinkan dibuatkan ramp-ramp untuk akses kursiroda, atau bagi anak yang khusus menggunakan alat bantu jalan lainnyaseperti kruk atau wolker. Bentuk meja atau kursi belajar disesuaikandengan kondisi anak. Hal demikian memerlukan persiapan yang lebihterencana, sehingga tidak menimbulkan problema tambahan bagi anak tunadaksa. Juga bentuk toilet, kloset harus dapat dipergunakan bagi anakyang menggunakan kursi roda. Disamping itu sistem guru kunjung dapatmembantu memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada anak tunadaksa dikemudian hari.

INFORMASI MENGENAI PENDIDIKAN UNTUK ANAK TUNA DAKSA

I. SIAPAKAH ANAK TUNADAKSA

Istilah yang sering digunakan untuk menyebut anak tunadaksa, seperti cacat fisik, tubuh atau cacat orthopedi. Dalam bahasa asingpun sering kali dijumpai istilah crippled, physically handicapped, physically disabled dan lain sebagainya. Keragaman istilah yang dikemukakan untuk menyebutkan tunadaksa tergantung dari kesenangan atau alasan tertentu dari para ahli yang bersangkutan. Meskipun istilah yang dikemukakan berbeda-beda, namun secara material pada dasarnya memiliki makna yang sama.

A. Pengertian Anak Tunadaksa

Tunadakasa berasal dari kata “ Tuna “ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otak adalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yang salah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu pada fisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yang terjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudah kelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita).

B. Klasifikasi Anak Tunadaksa


Pada dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) kelainan pada sistem serebral (Cerebral System), dan (2) kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System).

1. Kelainan pada sistem serebral (cerebral system disorders).

Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL).Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut : (a) derajat kecacatan (b) topograpi anggota badan yang cacat dan (c) Sisiologi kelainan geraknya.

a. Penggolongan menurut derajat kecacatan

Menurut derajat kecacatan, cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongan sedang, dan golongan berat.
1. Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
2. Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
3. Golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.

b. Penggolongan Menurut Topografi

Dilihat dari topografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Cerebrol Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan yaitu:
1. Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misal kaki kiri sedang kaki kanan dan kedua tangannya normal.
2. Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan kanan dan kaki kanan, atau tangan kiri dan kaki kiri.
3. Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
4. Diplegia, lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri (paraplegia)
5. Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
6. Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruhnya anggota geraknya. Mereka cacat pada kedua tangan dan kedua kakinya, quadriplegia disebutnya juga tetraplegia.

c. Penggolongan menurut Fisiologi, kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya (motorik), anak Cerebral Palsy dibedakan atas:

1) Spastik
Type Spastik ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Kekakuan itu timbul sewaktu akan digerakan sesuai dengan kehendak. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu akan makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi berkurang. Pada umumnya, anak CP jenis spastik ini memiliki tingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yang normal bahkan ada yang diatas normal.
2) Athetoid
Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya dapat digerakan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol. Gerakan dimaksud adalah dengan tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak.
3) Ataxia
Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan, kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam hal koordinasi ruang dan ukuran, sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari : pada saat makan mulut terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
4) Tremor
Gejala yang tampak jelas pada tipe tremor adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tangkai dan bibir.
5) Rigid
Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.
6) Tipe Campuran
Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan.

2. Kelainan pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System)

Penggolongan anak tunadaksa kedalam kelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.
Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
a. Poliomylitis
Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.
b. Muscle Dystrophy
Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya.
Penyebab terjadinya muscle distrophy belum diketahui secara pasti.Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia 3 (tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu gerakan-gerakan anak lambat, semakin hari keadaannya semakin mundur jika berjalan sering terjatuh tanpa sebab terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda.

II. APA PENYEBAB TUNADAKSA

Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak hingga menjadi tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada sistem musculus skeletal. Adanya keragaman jenis tunadaksa dan masing-masing kerusakan timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat terjadinya kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.

A. Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal)

Pada fase, kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan, kerusakan disebabkan oleh:
1. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya, misalnya infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis.
2. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.
3. Bayi dalam kandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.
4. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh dan perutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat.

B. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal, peri natal)

Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antra lain:
1. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.
2. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.
3. Pemakaian anestasi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi, sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.

C. Sebab-sebab setelah Proses kelahiran (fase post natal)

Fase setelah kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun.Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:1. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.2. Infeksi penyakit yang menyerang otak.3. Anoxia/hipoxia.

III. KARAKTERISTIK ANAK TUNADAKSA.

Derajat keturunan akan mempengaruhi kemanpuan penyesuaian diri dengan lingkungan, kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengan tingkah laku anak tunadaksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.
Ditinjau dari aspek psikologis, anak tunadaksa cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari llingkungan. Disamping karakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anak tunadaksa antara lain:
· Kelainan perkembangan/intelektual
· Ganguan pendengaran.
· Gangguan penglihatan.
· Gangguan taktik dan kinestetik.
· Gangguan pesepsi
· Gangguan emosi.

IV. BAGAIMANA IMPLIKASI PENDIDIKAN ANAK TUNADAKSA

Dalam dunia Pendidikan pada prinsipnya guru mempunyai peranan ganda. Disatu pihak, guru berfungsi sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih bagi anak didik. Dipihak lain, guru berfungsi sebagai pengganti orang tua murid di sekolah. Dengan demikian secara tidak langsung mereka dituntut untuk menjadi manusia serba bisa dan serba biasa, lebih-lebih bila dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan pada saat ini, yaitu bahwa orang tua dan masyarakat pada umumnya masih mempunyai anggapan yang keliru. Mereka berpendapat bahwa berhasil atau tidaknya pendidikan anak-anak mereka diserahkan sepenuhnya pada pihak sekolah, termasuk didalamnya para guru, tanpa ikut campur mereka.
Keadaan semacam ini lebih komplit lagi dalam dunia pendidikan luar biasa karena subjek didik yang dihadapi memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, baik kemanpuan fisik, mental, emosi maupun dalam usaha penyesuaian diri dengan pihak luar atau lingkunagan sekitar. Oleh karena itu, tugas guru semakin berat yang dituntut keahlian serta keterampilan tertentu, baik dalam bidang metedologi yang bersifat khusus, maupun dalam bidang pelayanan terapi.
Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara lain:
· Latihan wicara (speech Therapy)
· Fisioterapi
· Occupational therapy
· Hydro Therapy
Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak-anak normal lainnya. Kesamaan tersebut dapat dilihat dari fisik dan psiko-sosial. Dari segi fisik, mereka dapat makan, minum, dan kebutuhan yang tidak dapat ditunda dalam beberapa menit yaitu bernafas. Sedangkan dari aspek psiko-sosial, mereka memerlukan rasa aman dalam bermobilisasi, perlu afiliasi, butuh kasih sayang dari orang lain, diterima dan perlu pendidikan. Adapun unsur kesamaan kebutuhan antara anak tunadaksa dan anak normal, karena pada dasarnya mereka memiliki fitrah yang sama sebagai manusia.Pandangan yang melihat anak tunadaksa dan anak normal dari sudut kesamaan akan lebih banyak memberikan layanan optimal untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, ketimbang pandangan yang semata-mata mengekspos segi kekurangannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang sering melihat orang lain tentang kelemahannya, sehingga yang muncul adalah kritik atau cemoohan. Kiranya demikian, andaikata kita melihat anak tunadaksa semata-mata dari kecacatannya. Oleh karena itu, pandangan yang mendahulukan sifat positif pada anak tunadaksa perlu dimasyarakatkan supaya kesempatan perkembangan dirinya yang baik semakin lebar. Pendidikan yang juga merupakan kebutuhan anak tunadaksa perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan mengacu pada kemampuan masing-masing anak tunasaksa. Melalui pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan. Anak-anak tunadaksa diharapkan memiliki masa depan yang tidak selalu bergantung pada orang tua dan masyarakat.

V. BAGAIMANA MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN

Sebagaimana diketahui, bahwa pendidikan bagi anak tidak selalu harus berlangsung disuatu lembaga pendidikan khusus, sebab sebagian dari mereka (anak tunadaksa) pendidikannya dapat berlangsung di sekolah dan kelas reguler/sekolah umum. Hal ini disebabkan oleh faktor kemampuan dan ketidakmampuan anak tunadaksa dan lingkungannya. Evelyn Deno, (1970) dan Ronald L Taylor, (1984) menjelaskan system layanan pendidikan bagi anak luar biasa (termasuk anak tunadaksa) yang bervariasi, mulai dari sistem pendidikan di kelas dan sekolah reguler/umum sampai pendidikan yang diberikan disuatu rumah sakit, bahkan sampai pada bentuk layanan yang tidak memiliki makna edukasi sama sekali, yakni layanan yang diberikan kepada anak-anak tunadaksa dalam perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Dari kenyataan di lapangan bahwa anak tunadaksa memiliki problema penyerta. Problema penyerta ini berbeda-beda antara seorang anak tunadaksa yang satu dengan anak tunadaksa yang lainnya, tergantung dari pada penyebab ketunaannya, berat ringannya ketunaannya. Atas dasar kondisi anak tunadaksa tersebut, maka model pelayanan pendidikannya dibagi pada “Sekolah Khusus” dan “Sekolah Terpadu/Inklusi”.

A. Sekolah Khusus

Pelayanan pendidikan bagi anak tunadaksa di sekolah khusus ini diperuntukkan bagi anak yang mempunyai problema lebih berat, baik problema penyerta intelektualnya seperti retardasi mental maupun problema penyerta kesulitan lokomosi (gerakan) dan emosinya.
Di sekolah khusus ini pelayanan pendidikannya dibagi menjadi dua unit, yaitu unit sekolah khusus bagi anak tunadaksa ringan, dan unit sekolah khusus bagi anak tunadaksa sedang.

1. Sekolah Khusus untuk Anak Tunadaksa Ringan (SLB-D)

Pelayanan pendidikan diunit tunadaksa ringan atau SLB-D diperlukan bagi anak tunadaksa yang tidak mempunyai problema penyerta retardasi mental, yaitu anak tunadaksa yang mempunyai intelektual rata-rata atau bahkan di atas rata-rata intelektual anak normal. Namun anak kelompok ini belum ditempatkan di sekolah terpadu/sekolah umum karena anak masih memerlukan terapi-terapi, seperti fisio terapi, speech therapy, occuppational therapy dan atau terapi yang lain. Dapat juga terjadi anak tunadaksa tidak ditempatkan di sekolah reguler karena derajad kecacatannya terlalu berat.

2. Sekolah Khusus untuk Anak Tunadaksa Sedang (SLB-D1)

Pelayanan pendidikan diunit ini, diperuntukkan bagi anak tunadaksa yang mempunyai problema seperti, emosi, persepsi atau campuran dari ketiganya disertai problema penyerta retardasi mental. Kelompok anak tunadaksa sedang ini mempunyai intelektual di bawah rata-rata anak normal.

B. Sekolah Terpadu/Inklusi

Bagi anak tunadaksa dengan problema penyerta relatif ringan, dan tidak disertai dengan problema penyerta retardasi mental akan sangat baik jika sedini mungkin pelayanan pendidikannya disatukan dengan anak-anak normal lainnya di sekolah reguler/sekolah umum. Karena anak tunadaksa tersebut sudah dapat mengatasi problema fisik maupun intelektual serta emosionalnya.

Namun walaupun kondisi penyerta anak tunadaksa cukup ringan, sekolah reguler yang ditunjuk untuk melayani pendidikannya perlu persiapan yang matang terlebih dahulu, baik persiapan sarana maupun prasarananya. Seperti persiapan aksesibilitas misalnya meminimalkan trap-trap atau tangga-tangga. Jika memungkinkan dibuatkan ramp-ramp untuk akses kursi roda, atau bagi anak yang khusus menggunakan alat bantu jalan lainnya seperti kruk atau wolker. Bentuk meja atau kursi belajar disesuaikan dengan kondisi anak. Hal demikian memerlukan persiapan yang lebih terencana, sehingga tidak menimbulkan problema tambahan bagi anak tunadaksa. Juga bentuk toilet, kloset harus dapat dipergunakan bagi anak yang menggunakan kursi roda. Disamping itu sistem guru kunjung dapat membantu memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada anak tunadaksa dikemudian hari.

VI. KETENAGAAN KHUSUS, KURIKULUM DAN ADMINISTRASI

A. Ketenagaan

1. Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan untuk Pendidikan Luar Biasa bagian D (tunadaksa) adalah guru yang secara khusus mempersiapkan diri untuk mengajar anak tunadaksa yang mempunyai berbagai masalah dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai dengan Tingkat Menengah. Disamping itu juga dapat merencanakan dan melaksanakan tugas pendidikan bagi anak yang sedang dalam perawatan karena operasi.
a. Tenaga Guru yang Diperlukan adalah :
1. Guru Kelas atau Guru Bidang Studi
2. Guru Keterampilan
3. Guru Agama
4. Guru Olahraga
b. Persyaratan Tenaga Guru/Pendidik adalah:
1. Tamatan minimal SGPLB, sarjana muda/DIII, sarjana pendidikan luar biasa dari IKIP/Universitas.
2. Untuk guru agama dari PGA, DIII, S1 IAIN atau sederajat.
3. Untuk guru olahraga dari DIII, S1 IKIP atau Universitas.
4. Untuk guru keterampilan DIII, S1 IKIP/Universitas
5. Untuk guru bidang studi minimal DIII, S1 IKIP/Universitas dari jurusan yang sesuai.

2. Tenaga Ahli

Tenaga Ahli yang diperlukan untuk:
a. Remedial Teaching
Guru yang mendapat tugas khusus untuk remedial atau bertugas memberi bimbingan dan penyuluhan.
b. Team Rehabilitasi
- Dokter umum- Dokter anak- Dokter anak pediatry- Dokter orthopedi- Psikolog- Orthopedagogik- Speech therapist- Occupational therapist- Pekerja sosial

3. Tenaga Administrasi

Tenaga administrasi untuk pendidikan luar biasa bagian D (tunadaksa) adalah :a. Kepala Sekolahb. Wakil Kepala Sekolahc. Bendaharad. Tenaga Usaha, yang dapat melaksanakan : agendaris, inventaris dan pengetikane. Pesuruh/pembantu sekolah

4. Penjaga Sekolah/SATPAM

Petugas yang diberi wewenang untuk menjaga keamanan/memelihara ketertiban sekolah.

B. Kurikulum

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum PLB tahun 1994, yang terdiri dari :1. Landasan Program2. Garis-garis Program Pengajaran3. Pedoman Pelaksanaan

C. Administrasi

Administrasi yang digunakan adalah administrasi yang sesuai dengan pedoman administrasi yang telah dibukukan antara lain :1. Administrasi Program Pengajaran2. Administrasi Kepegawaian3. Administrasi Keuangan 4. Administrasi Perlengkapan dan Barang.

UCAPAN SELAMAT MEMPEROLEH GELAR DOKTOR

ATAS NAMA SELURUH JAJARAN PENGURUS

PERSATUAN PENYANDANG CACAT INDONESIA

( INDONESIAN DISABLED PEOPLE ASSOCIATION )

PROVINSI SULAWESI SELATAN


MENYAMPAIKAN UCAPAN SELAMAT


KEPADA :


SDR. SAHARUDDIN DAMING, SH, MH.


ATAS KEBERHASILANNYA MEMPEROLEH GELAR DOKTOR

DENGAN MEMPERTAHANKAN DISERTASI BERJUDUL :

" PARADIGMA PERLAKUAN PUBLIK TERHADAP HAK PENYANDANG CACAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILU DI INDONESIA ."

PADA UJIAN PROMOSI YANG BERLANGSUNG DI

PUSAT KEGIATAN PENELITIAN ( PKP )

UNIVERSITAS HASANUDDIN

TGL. 5 FEBRUARI 2009.


MAKASSAR, 5 FEBRUARI 2009
BAMBANG PERMADI SURYA KELANA

KETUA

Senin, 02 Februari 2009

PERINGATAN HARI INTERNASIONAL PENYANDANG CACAT 2008
















Kegiatan HIPENCA 2008 Provinsi Sulawesi Selatan berlangsung sejak Desember 2008 sampai Januari 2009. HIPENCA kali ini mengangkat thema " Pemenuhan Hak dan Martabat serta Keadilan bagi penyandang cacat melalui Ratifikasi Konvensi Internasional Hak-Hak Penyandang Cacat " dan thema Internasional : " Convention on the Rights of Persons with Disabilities : Dignity and Justice for All of us. "
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka Peringatan HIPENCA 2008 a.l. :
Penyebaran Sticker HIPENCA pada tanggal 3 Desember 2008 di depan Monumen Mandala Jl. Sudirman Makassar.
Acara Puncak HIPENCA 2008 Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan pada tgl. 16 Desember 2008 bertempat di Gedung Pola Kantor Gubernur Sulawesi Selatan sekaligus Lomba Bahasa Isyarat bagi para staff Kantor Gubernur dan mitra2 penyandang cacat. Acara puncak ini dihadiri oleh 486 orang yang terdiri atas utusan organisasi sosial dan Sekolah-sekolah Luar Biasa.
Lomba Masak Nasi Kuning pada tgl. 10 Januari 2008 di halaman PSBD Wirajaya Makassar. Lomba Masak ini diikuti oleh 9 tim yang masing-masing tim terdiri atas 1 orang tuna daksa, 1 orang tuna netra dan 1 orang tuna rungu/wicara.