Rabu, 04 Februari 2009

TUNA DAKSA

Definisi Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan SekolahLuar Biasa, Tuna Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi,kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuhatau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatansehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“(kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkankarena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Sebagai contoh, otakadalah pusat kontrol seluruh tubuh manusia. Apabila ada sesuatu yangsalah pada otak (luka atau infeksi), dapat mengakibatkan sesuatu padafisik/tubuh, pada emosi atau terhadap fungsi-fungsi mental, luka yangterjadi pada bagian otak baik sebelum, pada saat, maupun sesudahkelahiran, menyebabkan retardasi dari mental (tunagrahita) 2.Klasifikasi Penderita Tuna Daksa Pada dasarnya kelainan pada anak tunadaksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu (1) kelainanpada sistem serebral (Cerebral System), dan (2) kelainan pada sistemotot dan rangka (Musculus Skeletal System). a. Kelainan pada sistemserebral (cerebral system disorders). Penggolongan anak tuna daksakedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letakpenyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dansumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusatmengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsumtulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas hidupmanusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusatkecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompokkerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL). Cerebral Palsydapat diklasifikasikan menurut : (a) derajat kecacatan (b) topograpianggota badan yang cacat dan (c) Sisiologi kelainan geraknya.Penggolongan Menurut Derajat Kecacatan Menurut derajat kecacatan,cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongansedang, dan golongan berat. 1. Golongan ringan adalah : mereka yangdapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolongdirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidupbersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidakmengganggu kehidupan dan pendidikannya. 2. Golongan sedang : ialahmereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara,berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukanalat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantupenyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Denganpertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapatmengurus dirinya sendiri. 3. Golongan berat : anak cerebral palsygolongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara,dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiriditengah-tengah masyarakat. Penggolongan Menurut Tipografi Dilihat daritipografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Celebral Palsydapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan, yaitu: 1. Monoplegia,hanya satu anggota gerak yang lumpuh misalnya kaki kiri, sedangkan kakikanan dan keduanya tangannya normal. 2. Hemiplegia, lumpuh anggotagerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan dan kakikanan , atau tangan kiri dan kaki kiri. 3. Paraplegia, lumpuh padakedua tungkai kakinya. 4. Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri ataukedua kaki kanan dan kiri(paraple-gia). 5. Triplegia, tiga anggotagerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinyalumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh. 6. Quadriplegia,anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruh anggota geraknya. Merekacacat pada kedua tangan dan kakinya. Quadriplegia bisa juga disebuttriplegia. Penggolongan Menurut Fisiologi Dilihat dari kelainan gerakdilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya(Motorik),anak Cerebral Palsy dibedakan menjadi: 1. Spastik. Tipe ini ditandaidengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupunseluruh otot. Kekakuan itu timbul sewaktu akan digerakkan sesuai dengankehendak. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan ataukekejangan itu makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejalaitu menjadi berkurang. Pada umumnya anak CP jenis spastik ini memilikitingkat kecerdasan yang tidak terlalu rendah. Diantara mereka ada yangnormal bahkan ada yang diatsa normal. 2. Athetoid. Pada tipe ini tidakterdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya dapat digerakkan denganmudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem gerakan. Hampir semuagerakan terjadi diluar kontrol dan koordinasi gerak. 3. Ataxia. Cirikhas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,. Kekakuanmemang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu berdiri atauberjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasidan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe inimengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saatmakan mulut terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanansampai ujung mulut. 4. Tremor. Gejala yang tampak jelas pada tipe iniadalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil danterus-menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentukgetaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai,dan bibir. 5. Rigid. Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidakseperti pada tipe spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan,gerakan mekanik lebih tampak. 6. Tipe Campuran. Pada tipe ini seoranganak menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna CP sehinggaakibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memilikisatu jenis/tipe kecacatan. b. Kelainan Pada Sistem Otot dan Rangka(Musculus Scelatel System) Penggolongan anak tuna daksa kedalamkelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainananggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi,dan tulang belakang. Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antaralain meliputi: a. Poliomylitis. Penderita polio adalah mengalamikelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah,peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang belakangpada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun. b. MuscleDystrophy. Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan padapenderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakinparah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tanganatau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya. Penyebabterjadinya muscle distrophy belum diketahui secara pasti. Tanda-tandaanak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia 3(tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu gerakan-gerakan anaklambat, semakin hari keadaannya semakin mundur jika berjalan seringterjatuh tanpa sebab terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu berdiridengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda. 3. PenyebabTuna Daksa Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakanpada anak hingga menjadi tuna daksa. Kerusakan tersebut ada yangterletak dijaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, pada sistemmusculus skeletal. Adanya keragaman jenis tuna daksa dan masing-masingkerusakan timbulnya berbeda-beda. Dilihat dari saat terjadinyakerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dansesudah lahir. a . Sebab-sebab Sebelum Lahir (Fase Prenatal) Pada fase,kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan, kerusakandisebabkan oleh: a. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibumengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya,misalnya infeksi, sypilis, rubela, dan typhus abdominolis. b. Kelainankandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusat tertekan,sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak. c. Bayi dalamkandungan terkena radiasi. Radiasi langsung mempengaruhi sistem syaratpusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu. d. Ibu yang sedangmengandung mengalami trauma (kecelakaan) yang dapat mengakibatkanterganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya ibu jatuh danperutnya membentur yang cukup keras dan secara kebetulan mengganggukepala bayi maka dapat merusak sistem syaraf pusat. b. Sebab-sebab padasaat kelahiran (fase natal, peri natal) Hal-hal yang dapat menimbulkankerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain: a. Proseskelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang ibu kecil sehinggabayi mengalami kekurangan oksigen, kekurangan oksigen menyebabkanterganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi, akibatnya jaringansyaraf pusat mengalami kerusakan. b. Pemakaian alat bantu berupa tangketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusakjaringan syaraf otak pada bayi. c. Pemakaian anestasi yang melebihiketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesiyang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi,sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya. c.Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal) Fase setelahkelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembanganotak dianggap selesai, yaitu pada usia 5 tahun. Hal-hal yang dapatmenyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah: a. Kecelakaan/traumakepala, amputasi. b. Infeksi penyakit yang menyerang otak. c.Anoxia/hipoxia. 4. Karakteristik Anak Tuna Daksa Derajat keturunan akanmempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan,kecenderungan untuk bersifat pasif. Demikianlah pada halnya dengantingkah laku anak tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajatketurunannya. Jenis kecacatan itu akan dapat menimbulkan perubahantingkah laku sebagai kompensasi akan kekurangan atau kecacatan.Ditinjau dari aspek psikologis, anak tuna daksa cenderung merasa malu,rendah diri dan sensitif, memisahkan diri dari llingkungan. Disampingkarakteristik tersebut terdapat beberapa problema penyerta bagi anaktuna daksa antara lain: a. Kelainan perkembangan/intelektual. b.Gangguan pendengaran. c. Gangguan penglihatan. d. Gangguan taktik dankinestetik. e. Gangguan persepsi f. Gangguan emosi. 5. ImplikasiPendidikan Anak Tuna Daksa Dalam dunia pendidikan pada prinsipnya gurumempunyai peranan ganda. Disatu pihak, guru berfungsi sebagai pengajar,pendidik, dan pelatih bagi anak didik. Dipihak lain, guru berfungsisebagai pengganti orang tua murid di sekolah. Dengan demikian secaratidak langsung mereka dituntut untuk menjadi manusia serba bisa danserba biasa, lebih-lebih bila dihubungkan dengan kenyataan-kenyataanpada saat ini, yaitu bahwa orang tua dan masyarakat pada umumnya masihmempunyai anggapan yang keliru. Mereka berpendapat bahwa berhasil atautidaknya pendidikan anak-anak mereka diserahkan sepenuhnya pada pihaksekolah, termasuk didalamnya para guru, tanpa ikut campur mereka.Keadaan semacam ini lebih komplit lagi dalam dunia pendidikan luarbiasa karena subjek didik yang dihadapi memilikiketerbatasan-keterbatasan tertentu, baik kemanpuan fisik, mental, emosimaupun dalam usaha penyesuaian diri dengan pihak luar atau lingkunagansekitar. Oleh karena itu, tugas guru semakin berat yang dituntutkeahlian serta keterampilan tertentu, baik dalam bidang metedologi yangbersifat khusus, maupun dalam bidang pelayanan terapi. Pelayanan terapiyang diperlukan anak tuna daksa antara lain: - Latihan wicara (speechTherapy) - Fisioterapi - Occupational therapy - Hydro Therapy Anak tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak-anak normal lainnya. Kesamaantersebut dapat dilihat dari fisik dan psiko-sosial. Dari segi fisik,mereka dapat makan, minum, dan kebutuhan yang tidak dapat ditunda dalambeberapa menit yaitu bernafas. Sedangkan dari aspek psiko-sosial,mereka memerlukan rasa aman dalam bermobilisasi, perlu afiliasi, butuhkasih sayang dari orang lain, diterima dan perlu pendidikan. Adapununsur kesamaan kebutuhan antara anak tuna daksa dan anak normal, karenapada dasarnya mereka memiliki fitrah yang sama sebagai manusia.Pandangan yang melihat anak tuna daksa dan anak normal dari sudutkesamaan akan lebih banyak memberikan layanan optimal untukmengembangkan potensi yang dimilikinya, ketimbang pandangan yangsemata-mata mengekspos segi kekurangannya. Tidak dapat dipungkiri bahwaorang sering melihat orang lain tentang kelemahannya, sehingga yangmuncul adalah kritik atau cemoohan. Kiranya demikian, andaikata kitamelihat anak tuna daksa semata-mata dari kecacatannya. Oleh karena itu,pandangan yang mendahulukan sifat positif pada anak tuna daksa perludimasyarakatkan supaya kesempatan perkembangan dirinya yang baiksemakin lebar. Pendidikan yang juga merupakan kebutuhan anak tuna daksaperlu direncanakan dan dilaksanakan dengan mengacu pada kemampuanmasing-masing anak tunasaksa. Melalui pendidikan yang dapatdipertanggungjawabkan. Anak-anak tuna daksa diharapkan memiliki masadepan yang tidak selalu bergantung pada orang tua dan masyarakat. 6.Pelayanan Pendidikan Tuna Daksa Sebagaimana diketahui, bahwa pendidikanbagi anak tidak selalu harus berlangsung disuatu lembaga pendidikankhusus, sebab sebagian dari mereka (anak tuna daksa) pendidikannyadapat berlangsung di sekolah dan kelas reguler/sekolah umum. Hal inidisebabkan oleh faktor kemampuan dan ketidakmampuan anak tuna daksa danlingkungannya. Evelyn Deno, (1970) dan Ronald L Taylor, (1984)menjelaskan system layanan pendidikan bagi anak luar biasa (termasukanak tuna daksa) yang bervariasi, mulai dari sistem pendidikan di kelasdan sekolah reguler/umum sampai pendidikan yang diberikan disuatu rumahsakit, bahkan sampai pada bentuk layanan yang tidak memiliki maknaedukasi sama sekali, yakni layanan yang diberikan kepada anak-anak tunadaksa dalam perawatan medis dan bantuan pemenuhan kebutuhansehari-hari. Dari kenyataan di lapangan bahwa anak tuna daksa memilikiproblema penyerta. Problema penyerta ini berbeda-beda antara seoranganak tuna daksa yang satu dengan anak tuna daksa yang lainnya,tergantung dari pada penyebab ketunaannya, berat ringannya ketunaannya. Atas dasar kondisi anak tuna daksa tersebut, maka model pelayananpendidikannya dibagi pada “Sekolah Khusus” dan “SekolahTerpadu/Inklusi”. a. Sekolah Khusus Pelayanan pendidikan bagi anak tunadaksa di sekolah khusus ini diperuntukkan bagi anak yang mempunyaiproblema lebih berat, baik problema penyerta intelektualnya sepertiretardasi mental maupun problema penyerta kesulitan lokomosi (gerakan)dan emosinya. Pelayanan pendidikan di sekolah khusus ini dibagi menjadidua unit, yaitu unit sekolah khusus bagi anak tuna daksa ringan, danunit sekolah khusus bagi anak tuna daksa sedang. Sekolah Khusus UntukAnak Tuna Daksa Ringan (SLB-D) Pelayanan pendidikan diunit tuna daksaringan atau SLB-D diperlukan bagi anak tuna daksa yang tidak mempunyaiproblema penyerta retardasi mental, yaitu anak tuna daksa yangmempunyai intelektual rata-rata atau bahkan di atas rata-rataintelektual anak normal. Namun anak kelompok ini belum ditempatkan disekolah terpadu/sekolah umum karena anak masih memerlukanterapi-terapi, seperti fisio terapi, speech therapy, occuppationaltherapy dan atau terapi yang lain. Dapat juga terjadi anak tuna daksatidak ditempatkan di sekolah reguler karena derajat kecacatannyaterlalu berat. Sekolah Khusus untuk Anak Tuna daksa Sedang (SLB-D1)Pelayanan pendidikan di unit ini diperuntukkan bagi anak tuna daksayang mempunyai problema seperti emosi, persepsi atau campuran dariketiganya disertai problema penyerta retardasi mental. Kelompok anaktuna daksa sedang ini mempunyai intelektual di bawah rata-rata anaknormal. b. Sekolah Terpadu/Inklusi Bagi anak tuna daksa dengan problemapenyerta relatif ringan, dan tidak disertai dengan problema penyertaretardasi mental akan sangat baik jika sedini mungkin pelayananpendidikannya disatukan dengan anak-anak normal lainnya di sekolahreguler/sekolah umum. Karena anak tuna daksa tersebut sudah dapatmengatasi problema fisik maupun intelektual serta emosionalnya.Walaupun kondisi penyerta anak tuna daksa cukup ringan, sekolah reguleryang ditunjuk untuk melayani pendidikannya perlu persiapan yang matangterlebih dahulu, baik persiapan sarana maupun prasarananya. Seperti persiapan aksesibilitas misalnya meminimalkan trap-trap atau tangga-tangga. Jika memungkinkan dibuatkan ramp-ramp untuk akses kursiroda, atau bagi anak yang khusus menggunakan alat bantu jalan lainnyaseperti kruk atau wolker. Bentuk meja atau kursi belajar disesuaikandengan kondisi anak. Hal demikian memerlukan persiapan yang lebihterencana, sehingga tidak menimbulkan problema tambahan bagi anak tunadaksa. Juga bentuk toilet, kloset harus dapat dipergunakan bagi anakyang menggunakan kursi roda. Disamping itu sistem guru kunjung dapatmembantu memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada anak tunadaksa dikemudian hari.

Tidak ada komentar: